sumber: https://nahwusharaf.wordpress.com/bahasa-arab/nahwu-shorof/
NAHWU adalah kaidah-kaidah Bahasa
Arab untuk mengetahui bentuk kata dan keadaan-keadaannya ketika masih
satu kata (Mufrod) atau ketika sudah tersusun (Murokkab). Termasuk didalamnya
adalah pembahasan SHOROF. Karena Ilmu Shorof bagian dari Ilmu Nahwu, yang
ditekankan kepada pembahasan bentuk kata dan keadaannya ketika mufrodnya.
Jadi secara garis
besar, pembahasan Nahwu mencakup pembahasan tentang bentuk kata dan keadannya
ketika belum tersusun (mufrod) , semisal bentuk Isim Fa’il mengikuti wazan فاعل,
Isim Tafdhil mengikuti wazan أفعل, berikut keadaan-keadaannya
semisal cara mentatsniyahkan, menjamakkan, mentashghirkan dll. Juga pembahasan
keadaan kata ketika sudah tersusun (murokkab) semisal rofa’nya kalimah isim
ketika menjadi fa’il, atau memu’annatskan kalimah fi’il jika sebelumnya
menunjukkan Mu’annats dll.
Satu kata dalam
Bahasa Arab disebut Kalimah (الكَلِمَة)
yaitu satu lafadz yang menunjukkan satu arti.
Kalimat atau
susunan kata dalam Bahasa Arab disebut Murokkab (المُرَكَّب). Jika kalimat / susunan kata tersebut telah sempurna, atau
dalam kaidah nahwunya telah memberi pengertian dengan suatu hukum ” Faidah
baiknya diam” maka kalimat sempurna itu disebut Kalam (الكَلاَم) atau disebut Jumlah (الجُمْلَة).
Kalimah-kalimah dalam Bahasa Arab, diringkas menjadi tiga
macam:
1. Kalimah Fiil (الفِعْلُ) = Kata kerja
2. Kalimah Isim (الإِسْمُ) = Kata Benda
3. Kalimah Harf (الحَرْفُ) = Kata Tugas.
Khusus untuk Kalimah Fi’il, bisa dimasuki: قد, س, سوف, Amil Nashob ان dan saudara-saudaranya, Amil Jazm, Ta’
Fa’il, Ta’ Ta’nits Sakinah, Nun Taukid, Ya’ Mukhotobah.
Khusus untuk Kalimah Isim, bisa dimasuki: Huruf Jar, AL,
Tanwin, Nida’, Mudhof, Musnad.
Khusus untuk Kalimah Harf, terlepas dari suatu yang
dikhusukan kepada Kalimah Fiil dan Kalimah Isim.
Menurut wazannya, asal Kalimah terdiri dari tiga huruf, 1.
Fa’ fi’il, 2. ‘Ain Fi’il, 3. Lam Fi’il (َفَعَل). Apabila ada
tambahan asal, maka ditambah 4. Lam fi’il kedua (َفَعْلَل). Apabila ada
tambahan huruf bukan asal. maka ditambah pula pada wazannya dengan huruf
tambahan yang sama, semisal ٌمُسْلِم
ada tambahan huruf Mim didepannya, maka ikut wazan مُفْعِلٌ.
Kata kerja atau Kalimah F’il terbagi tiga:
1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk Lampau:
Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, yang telah
terjadi sebelum masa berbicara. Seperti :
قَرَأَ
“Telah membaca”.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’
Ta’nits Sakinah. Seperti :
قَرَأْتُ
QORO’TU = “Aku telah membaca” dan
قَرَاَتْ
QORO’AT = “Dia (seorang perempuan) telah
membaca”.
2. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan:
Kata kerja menunjukkan kejadian sesuatu pada saat berbicara
atau setelahnya, pantas digunakan untuk kejadian saat berlangsung atau akan
berlangsung.
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung
dengan dimasukkannya Lam Taukid dan Ma Nafi. Seperti:
قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ
Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama
Yusuf amatmenyedihkanku…
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا
تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
…Dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia
akan mati…
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung
dengan dimasukkannya :
س, سوف, لن, أن, ان.
SYIN, SAUFA, LAN, AN dan IN
Seperti:
سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak.
وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى
dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya).
قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَن تَرَانِي
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri
Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu
sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku
وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.
وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللَّهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi
kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya.
Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki لَمْ seperti contoh:
لَمْ يَقْرَأْ
artinya: tidak membaca.
Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf
Mudhoro’ah yang empat yaitu أ – ن – ي – ت disingkat menjadi أنيت.
Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk
Mutakallim/pembicara/orang pertama tunggal/Aku. contoh
أضرب
ADHRIBU = aku akan memukul
Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al
Ghair/pembicara/orang pertama jamak/Kami. contoh
نــضرب
NADHRIBU = kami akan memukul
Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib
Mudzakkar/orang ketiga male, tunggal, dual atau jamak/dia atau mereka. contoh
يــضرب
YADHRIBU = dia (pr) akan memukul
يــضربان
YADHRIBAANI = dia berdua (lk-pr) akan
memukul
يــضربون
YADHRIBUUNA = mereka (lk) akan memukul
يــضربن
YADHRIBNA = mereka (pr) akan memukul
Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara
Mutlaq/orang kedua male atau female, juga dipakai untuk orang ketiga female
tunggal dan dual. contoh
تــضرب
TADHRIBU = kamu (lk)/dia (pr) akan memukul
تــضربا
TADHRIBAA = kamu berdua (lk-pr)/dia berdua (pr)
akan memukul
تــضربون
TADHRIBUUNA = kamu sekalian (lk) akan memukul
تــضربين
TADHRIBIINA = kamu (pr) akan memukul
تــضربن
TADHRIBNA = kamu sekalian (pr) akan memukul
3. Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :
Kata kerja untuk memerintah atau mengharap sesuatu yang
dihasilkan setelah masa berbicara. contoh:
اقْرأْ
IQRO’ = bacalah.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta
menunjukkan perintah. contoh
اقْرَأَنَّ
IQRO’ANNA = sungguh bacalah.
Isim Fi’il (أسماء الأفعال)
Pengertian Kalimah-kalimah kategori ISIM FI’IL adalah Lafadz
yang menunjukkan arti pekerjaan/Fi’il (الفعل)
akan tetapi tidak dapat menerima tanda-tanda Fi’il (kata kerja).
Isim Fi’il ada tiga macam:
- Isim
Fi’il Madhi menunjukkan arti seperti Fi’il Madhi (Kata kerja
bentuk lampau). Contoh:
هَيَهَاتَ (Haihaatah)menunjukkan arti “Telah jauh”.
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ
jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan
kepada kamu itu
شَتَّانَ (Syattaanah) menunjukkan arti
“Telah terpisah/bercerai-berai”
- Isim
Fi’il Mudhari’ menunjukkan arti seperti Fi’il Mudhari’ (Kata
kerja bentuk sedang atau akan). Contoh:
وَيْ (Waeh)menunjukkan arti “Saya heran/saya takjub/saya kagum”.
وَىْ كَأَنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang
mengingkari (nikmat Allah)
أُفٍّ (Off) menunjukkan arti “Saya berkeluh-kesah/saya menggerutu/cih,cis”.
أُفٍّ (Off) menunjukkan arti “Saya berkeluh-kesah/saya menggerutu/cih,cis”.
فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah”
- Isim
Fi’il Amar menunjukkan arti seperti Fi’il Amar (Kata perintah).
Contoh:
صَهْ (Shoh!) menunjukkan arti “Diamlah!” آمِيْن (Aamien) menunjukkan arti “Kabulkanlah!”
Pembagian Isim Fi’il ada dua:
- Isim
Fi’il Murtajal adalah Kalimah yang mana pembawaan awal
pemakaiannya sebagai Isim Fi’il. Sebagaimana pada contoh-contoh diatas.
- Isim
Fi’l Manqul adalah Kalimah yang dipakai juga pada selain Isim
Fiil, kemudian ditukil menjadi Isim Fi’il.
Baik penukilan itu berupa Jar-majrur.
Semisal عَلَيْكَ (‘Alaiek) “Harus”, إِلَيْكَ (Ilaiek) “Ambillah” dll.Atau berupa Zharaf
Semisal دُوْنَكَ (Duunak) “Ambillah” , مكانَكَ (Makaanak) “Tetaplah pada tempatnya, أمامَكَ (Amaamak) “Majulah”, وراءِكَ (Waraa’ik) “Mundurlah”. dll.
Atau berupa Masdar
Semisal رُوَيْدَ (Ruwaieda) “Segan” بَلْهَ (Balhah) “Cuek”. dll.
Semisal رُوَيْدَ (Ruwaieda) “Segan” بَلْهَ (Balhah) “Cuek”. dll.
Penggunaan Isim Fiil tetap dalam satu bentuk keadaan, baik
untuk tunggal, dual, jamak, atau baik untuk male, female. Kecuali jika
penggunaannya menggunakan huruf Kaf (ك) maka dapat berubah
tergantung keadaan pada kata ganti/Dhamir. semisal عَلَيْكُنَّ,
عَلَيْكُمْ, عَلَيْكُمَا, عَلَيْكِ, عَلَيْكَ
Status Isim Fi’il adalah Sima’i (سماعي)
kalimah bangsa pendengaran, artinya bawaan dari orang Arab. Kecuali ada Isim
Fi’il berpola/berwazan فَعَالَ semisal نَزَالَ,
قَتَالَ maka yang seperti ini, diqiyaskan kepada tashrif Fi’il
Tsulatsi yang Mutashorrif tanpa Naqish.
Isim Aswat أسماء الأصوات
Semua Isim Ashwat diserupakan hukumnya kepada Isim Fi’il,
artinya tetap menggunakan satu bentuk lafal dalam penunjukan suatu makna,
beramal tapi tidak dapat diamali, baik untuk tunggal, dual, jamak, male dan
female.
Isim Aswat ada dua kategori:
1. Lafazh-lafazh yg ditujukan kepada Hewan yg tidak berakal
atau tidak dapat berbicara (seperti anak kecil). contoh:
هَيْدٌ “Haid!” atau هَاد
“Haad!” dipakai untuk membentak Unta yang lambat jalannya agar kencang.
هُسْ “Hus” dipakai untuk menghalau Kambing.
كَخْ كَخْ “kakh-kakh” dipakai untuk mencegah anak
kecil. Dll
2. Untuk menceritakan Bunyi/suara dari hewan atau benda mati
dll. contoh:
غاق “Ghaaq” suara burung gagak.
طق “Thaq” suara batu jatuh.
قب “Qabb” suara pukulan pedang. dll
semua Isim Aswat adalah Sima’iy bawaan dari orang Arab.
Mujarrad dan Mazid
Selanjutnya pada subpage “Pembahasan kata kerja” kali ini,
adalah tentang Mujarrad dan Mazid. Sebagian pembahasan ini, telah saya
posting pada subpage belajar I’lal.
Kata kerja/kalimah fi’il terbagi menjadi Mujarrad dan Mazid.
Fi’il Mujarrad adalah Fi’il yang semua huruf-hurufnya asli. Fi’il Mazid adalah
fi’il yang ditambahi satu haruf atau lebih pada huruf-hurufnya yg asli.
Fi’il Mujarrad terdapat dua bagian, Tsulatsi dan Ruba’i:
- Fi’il
Tsulatsi yang Mujarrad (kalimah bangsa 3 huruf asli tanpa tambahan) ada 6
Wazan
- Fi’il
Ruba’I yang Mujarrad (kalimah bangsa 4 huruf asli tanpa tambahan) ada 1
Wazan.
- Fi’il Mazid juga ada dua bagian, Tsulatsi
dan Ruba’i.
Fi’il Tsulatsi yang Mazid (kalimah bangsa 3 huruf asli
berikut tambahan 1/ 2/ 3 Huruf):
- tambahan
1 huruf, ada 3 wazan.
- tambahan 2 huruf, ada 5 wazan.
- tambahan
3 huruf, ada 4 wazan.
- Fi’il Ruba’i yang Mazid (kalimah bangsa 4
huruf asli berikut tambahan 1 / 2 huruf):
- tambahan
1 huruf, ada 1 wazan.
- tambahan
2 huruf, ada 2 wazan.
Dengan demikian kalimah fi’il dalam bahasa arab, secara
pertimbangan jumlah hurufnya terdapat empat bentuk; 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf
dan 6 huruf. dan kalau dipertimbangkan dari jumlah wazannya terdapat 22 bentuk
wazan.
PENTING UNTUK DIKETAHUI…!
- Tidak
musti semua kalimah fi’il mujarrad bisa diberlakukan untuk fi’il mazidnya,
contoh: لَيسَ، “bukan” خَلا “selain” dan semisalnya dari semua
fi’il Jamid. Begitupun sebaliknya tidak musti tiap kalimah fi’il bentuk
mazid bisa berlaku untuk bentuk mujarradnya, contoh: اجْلَوَّذَ, “tergesa-gesa” اعْرَنْدَى “mengeras” dan semisalnya dari
fi’il-fi’il yang berwazan افْعَوَّلَ
atau افْعَنْلَى . Begitupun juga
tidak musti bentuk fi’il mazid yang satu, bisa dipakai bentuk fi’il Mazid
yang lain, akan tetapi semua pemakaian bentuk kalimah terlaksana secara
sima’i atau bawaan bangsa Arab. Kecuali sebagai pelainan, yaitu untuk
Fi’il-fi’il Tsulatsi Lazim yang akan kita Muta’addikan dengan cara
memasang Hamzah pada awal kalimah, misalnya: خَرَجَ
“keluar” dimuta’addikan menjadi أَخْرَجَ
“mengeluarkan”.
- Bilamana
pada fi’il madhi itu berpola wazan فَعَل
(‘ain fi’ilnya berharkah fathah), maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il
mudhari’nya berwazan antara يَفْعَلُ
atau يَفْعُلُ atau يَفْعِلُ. (‘ain fi’ilnya berharkah
fathah/dhammah/kasrah). Dan bilamana fi’il madhi itu berwazan فَعِل (‘ain fi’ilnya berharkah kasrah),
maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan يَفْعَلُ atau jarang berwazan يَفْعِلُ (‘ain fi’ilnya berharkah
fathah/kasrah) saja. Dan bilamana fi’il madhi itu berwazan فَعُل (‘ain fi’ilnya berharkah dhammah),
maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan يَفْعُلُ (‘ain fi’ilnya berharkah dhammah)
saja.
- Wazan-wazan
fi’il bangsa tiga huruf yang paling banyak ditemukan dalam penggunaanya
menurut urutannya adalah sebagai berikut: pertama yang paling banyak
ditemukan adalah kalimah fi’il berpola wazan فَعَلَ
– يَفْعُلُ , berikutnya wazan فَعَلَ
– يَفْعِلُ , kemudian wazan فَعَلَ
– يَفْعَلُ , kemudian wazan فَعِلَ
– يَفْعَلُ , kemudian wazan فَعُلَ
– يَفْعُلُ , hingga yang paling jarang yaitu berpola wazan فَعِلَ – يَفْعِلُ.
- Untuk
mengamati wazan kalimah bagsa tiga huruf, perlu diperhatikan adalah bentuk
wazan fi’il madhi-nya berikut fi’il mudhari’nya secara bersamaan,
dikarenakan berbeda-bedanya bentuk fi’il mudhari’ untuk satu pola wazan
fi’il madhi. Dan ada juga yang cukup memperhatikan bentuk Fi’il Madhinya
saja, yaitu untuk tiap-tiap kalimah yang berwazan fi’il madhi dengan satu
bentuk fi’il mudhari tanpa berbeda-beda, seperti wazan فَعُلَ dengan satu bentuk fi’il mudhari’ يَفْعُلُ.
- Ketentuan
kalimah fi’il tsulatsi dalam mengikuti suatu wazan tertentu dari 6 wazan
tsulatsi mujarrad di atas, bergantung pada ketentuan secara sima’i dari
orang arab. Maka tidak bisa dikokohkan melalui pengetahuan secara
kaidah-kaidah. Kecuali ada sedikit kemungkinan yang paling mendekati dengan
melihat kaidah-kaidah berikut ini:Untuk Fi’il Madhi yang ‘ain fi’ilnya
berharkah fathah, apabila huruf awalnya (fa’ fi’ilnya) terdiri dari huruf
hamzah atau wau, maka lazimnya banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ contoh: أسَر
– يأسِر | أتَى – يأتِي | وعَد – يعِد dan tidak
lazim seperti contoh: أخَد – يأخُذُ | أكَل – يأكُل | أمَر –
يأمُر .Apabila fi’il madhinya termasuk kalimah bina’
Mudha’af yang Muta’addi, maka yang banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ seperti contoh: مدَّ – يمُدُّ | صَدَّ – يصُدُّ dan apabila
terdiri dari Bina’ Mudha’af Lazim maka yang banyak
berpola wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ seperti contoh:خّفَّ – يخِفّ | شدَّ – يشِدّ .
Apabila fi’il madhinya termasuk kalimah bina’ Ajwaf
ya’iy atau bina’ Naqish ya’iy, maka yg banyak ikut
wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ seperti: باع –
يبيع | رمَى – يرمِي dan bilamana termasuk bina’ ajwaf
wawi atau Naqish wawi, maka yg banyak ikut wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ seperti: قَام –
يقُوم | دعَا – يدعُو . dll.
- Semua
Fi-il-fi’il yang berpola wazan فَعُلَ
– يَفْعُلُ semuanya adalah fi’il lazim. kata kerja seperti wazan ini
adalah menunjukkan tabi’at/sifat/watak. seperti contoh: ظرُف – فضُل – حسُن – قبُح “cerdas” –
“utama” – “bagus” – “jelek”. dll.
- Semua
Fi-il-fi’il yang berpola wazan فَعِلَ
– يَفْعَلُ apabila ia Lazim, maka sering menunjukkan tentang
kebahagiaan atau kesusahan. contoh: طَرِبَ
“bingung” فَرِحَ “gembira” حَزِنَ “sedih”. atau sering menunjukkan
tentang Berisi atau Kosong seperti شبِعَ
“kenyang” عطِش “haus”. atau
banyak menunjukkan tentang cacat atau sempurna. contoh عَمِشَ “trahum/mata kabur/min” غيِدَ “bengkok/miring” dll.
- semua
fi’il yang berwazan فَعَلَ – يَفْعَلُ dapat dipastikan
‘Ain fi’il atau lam fi’il-nya terdiri dari huruf Halaq (ح – خ – ع – غ – هـ – أ). contoh: فتَح – نشَأ dll.
Jamid dan Mutasharrif
Kata kerja/ kalimah fi’il (الفعل)
terbagi menjadi:
- Fi’il
Jamid (الفعل الجامد)
- Fi’il
Mutasharrif (الفعل المتصرف).
الفِعْلُ الْجَامِدُ
Fi’il Jamid (statis)
Fi’il Jamid Adalah Kalimah Fi’il yang hanya mempunyai satu
bentuk Shighah. Baik hanya berbentuk Fi’il Madhi saja. atau hanya berbentuk
Fi’il Amar saja. Atau ada hanya berbentuk Fi’il Mudhari’ saja tapi
jarang.
Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il
Madhi saja:
FI’IL MADHI JAMID
|
TERJEMAH
|
CONTOH
|
عَسَى
|
Mengharap
|
عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ
mudah-mudahan Allah memaafkan mereka
|
لَيْسَ
|
Meniadakan
|
وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ
لِلْعَبِيدِ
dan sesungguhnya Allah
sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya
|
بِئْسَ
|
Celaan, Kecaman
|
بِئْسَ الرَّجُلُ أبُو لَهَبَ
Seburuk-buruknya lelaki adalah Abu Lahab
|
نِعْمَ
|
Pujian, Sanjungan
|
نِعْمَ الرَّجُلُ أبُو بَكْرٍ
Sebaik-baiknya lelaki adalah Abu Bakar
|
تَبَارَكَ
|
Maha Suci
|
تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam
|
Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il
Amar saja:
FI’IL AMAR JAMID
|
TERJEMAH
|
CONTOH
|
تَعَلَّمْ
|
Percayalah!
|
تَعَلَّمْ أَنّ الرِّبَا بَلاَءٌ
Percayalah! Sesungguhnya Riba itu membawa petaka
|
هَبْ
|
Anggaplah!
|
فَقُلْتُ أَجِرْنِي أَبَا
خَالِدٍ × وَإِلاَّ فَهَبْنِي امْرَأً هَالِكًا
Aku Cuma bisa berkata… pertahankanlah aku wahai Abu
Khalid…atau jika tidak… maka anggaplah aku seorang yang telah
binasa
|
تَعَالَ
|
Kemari!, Yuk!
|
هَيَّا زَيْد تَعَالَ
Hai Zaid…Kemarilah!
|
هَاتِ
|
Bawalah kemari!, Tunjukkanlah!
|
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu
adalah orang yang benar.”
|
Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il
Mudhari’ saja:
FI’IL MUDHARI’ JAMID
|
TERJEMAH
|
CONTOH
|
يَهْبِطُ
|
Memekik, mengerang, berteriak karena takut.
|
الفِعْلُ الْمُتَصَرِّفُ
Fi’il Mutasharrif (elastis)
Fi’il Mutasharrif adalah kalimah fi’il yang dapat berubah
bentuknya sesuai tashrif ishtilahiy. Fi’il Mutasharrif terbagi dua:
1. Tam Tasharruf (تام
التصرّف)
(sempurna dalam mutasharrif-nya)
Fi’il Tam Tasharruf adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang
tersedia dalam tiga bentuk Fi’il Tiga Serangkai (Fi’il Madhi, Fi’il
Mudhari’ dan Fi’il Amar) seperti نصر
dan دحرج.
FI’IL AMAR
|
FI’IL MUDHARI’
|
FI’IL MADHI
|
اُنْصُرْ!
|
يَنْصُرُ
|
نَصَرَ
|
دَحْرِجْ!
|
يُدَحْرِجُ
|
دَحْرَجَ
|
2. Naqis Tasharruf (ناقص
التصرّف)
(cacat dalam mutasharrif-nya)
Fi’il Naqis Tasharruf adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang
tidak tersedia untuk semua bentuk Fi’il Tiga Serangkai. Baik hanya berbentuk
Mudhari’ dan Madhi saja, atau Mudhari’ dan Amar saja, Seperti contoh pada
table.
FI’IL AMAR
|
FI’IL MUDHARI’
|
FI’IL MADHI
|
×
|
يَكَادُ
|
كَادَ
|
×
|
يُوْشِكُ
|
أَوْشَكَ
|
دَعْ!
|
يَدَعُ
|
×
|
ذَرْ!
|
يَذَرُ
|
×
|
تَصَرُّفُ الْمُضَارِعِ
Tashrif pada Fi’il Mudhari’
Tata cara men-tashrif/pengubahan fi’il mudhri’ yang dibuat
dari asal Fi’il Madhi adalah pada awal kalimah fi’il madhi tsb ditambahi dengan
Huruf Mudhara’ah (ا – ن – ي – ت).
Huruf Mudhara’ah-nya diharkati dhammah apabila
ditambahi pada Fi’il Madhi yang berjumlah empat huruf. contoh table:
HURUF MUDHARA’AH DI-DHAMMAH-KAN
|
DARI FI’IL MADHI 4 HURUF
|
يُكْرِمُ
|
أَكْرَم
|
يُفَرِّحُ
|
فَرَّحَ
|
يُقَاتِلُ
|
قَاتَلَ
|
يُدَحْرِجُ
|
دَحْرَجَ
|
Huruf Mudhara’ah-nya diharkati Fathah apabila
ditambahi pada Fi’il Madhi yang selain berjumlah empat huruf. Lihat tabel
berikut:
HURUF MUDHARA’AH DI-FATHAH-KAN
|
BUKAN FI’IL MADHI 4 HURUF
|
يَنْصُرُ
|
نَصَرَ
|
يَنْكَسِرُ
|
انْكَسَرَ
|
يَجْتَمِعُ
|
اجْتَمَعَ
|
يَحْمَرُّ
|
احْمَرَّ
|
يَتَكَلَّمُ
|
تَكَلَّمَ
|
يَتَبَاعَدُ
|
تَبَاعَدَ
|
يَسْتَخْرِجُ
|
اسْتَخْرَجَ
|
يَعْشَوْشَبُ
|
اعْشَوْشَبَ
|
يَجْلَوَّذُ
|
اجَلَوَّذّ
|
يَحْمَارُّ
|
احْمَارَّ
|
يَتَدَحْرَجُ
|
تَدَحْرَجَ
|
يَحْرَنْجَمُ
|
احْرَنْجَمَ
|
يَقْشَعِرُّ
|
اقْشَعَرَّ
|
تَصَرُّفُ الأَمْرِ
Tashrif pada Fi’il Amar
Tata cara men-tashrif/pengubahan fi’il Amar yang dibuat dari
asal fi’il Mudhari’ adalah sebagai berikut:
Huruf Mudhara’ahnya harus dibuang. contoh table:
BENTUK FI’IL MUDHARI’
|
BENTUK FI’IL AMAR
|
يُفَرِّحُ
|
فَرِّحْ!
|
يُقَاتِلُ
|
قَاتِلْ!
|
يُدَحْرِجُ
|
دَحْرِجْ!
|
يَتَكَلَّمُ
|
تَكَلَّمْ!
|
يَتَبَاعَدُ
|
تَبَاعَدْ!
|
يَتَدَحْرَجُ
|
تَدَحْرَجْ!
|
Dan bilamana setelah pembuangan Huruf Mudhara’ah pada
awal kalimahnya berupa sukun, maka ditambahi Hamzah pada awal kalimah tsb.
contoh table:
BENTUK FI’IL MUDHARI
|
BENTUK FI’IL AMAR
|
يَنْصُرُ
|
أُنْصُرْ!
|
يَنْكَسِرُ
|
انْكَسِرْ!
|
يَجْتَمِعُ
|
اجْتَمعْ!
|
يَحْمَرُّ
|
احْمَرِّ!
|
يَسْتَخْرِجُ
|
اسْتَخْرِجْ!
|
يَعْشَوْشَبُ
|
اعْشَوْشَبْ!
|
يَجْلَوَّذُ
|
اجَلَوَّذّ!
|
يَحْمَارُّ
|
احْمَارَّ!
|
يَحْرَنْجَمُ
|
احْرَنْجَمْ!
|
يَقْشَعِرُّ
|
اقْشَعِرَّ!
|
Hamzah Washal dan Hamzah Qatha’
هَمْزَتَا الْوَصْلِ وَالْقَطْعِ
(Hamzah Washal dan Hamzah Qatha’)
PENGERTIAN HAMZAH WASHAL
Hamzah Washal berupa Hamzah secara pengucapan dan berupa
Alif secara tulisan. Diucapkan ketika menjadi permulaan saja. dan gugur ketika
berada pada tengah-tengah penuturan kalimat, sekiranya didahului oleh satu
huruf atau satu kalimah.
Hamzah Washal adalah Hamzah zaidah berfungsi sebagai
perantara atau penyambung kepada pengucapan huruf mati atau sukun yang berada
setelahnya. Hamzah Washal terdapat pada kalimah fi’il, kalimah
isim maupun kalimah huruf.
Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Fi’il:
1. Terdapat pada Fi’il Madhi dan Fi’il Amar
dari fi’il 5 huruf atau 6 huruf (Khumasiy dan Sudasiy)
LIHAT TABEL NO. 1:
LIHAT TABEL NO. 1:
2. Terdapat pada Fi’il Amar dari
fi’il 3 huruf
LIHAT TABEL NO. 2:
LIHAT TABEL NO. 2:
Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Isim :
1. Terdapat pada kalimah isim Masdar dari
fi’il 5 huruf atau 6 huruf
LIHAT TABEL NO. 1:
LIHAT TABEL NO. 1:
2. Terdapat pada kalimah isim sepuluh atau
sebutan al-Asmaul-‘Asyarah (الأسماء العشرة).
LIHAT TABEL NO. 3:
LIHAT TABEL NO. 3:
Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Huruf:
1. Hanya terdapat pada satu Kalimah
Huruf yaitu AL (ال) yang berfungsi mema’rifatkan Isim Nakirah ataupun
AL zaidah.
LIHAT TABEL NO. 4:
LIHAT TABEL NO. 4:
PENGERTIAN HAMZAH QATHA’
Hamzah Qatha’ berupa Hamzah yang selalu diucapkan dengan
ber-harkah fathah, dhammah atau kasrah. Tidak gugur pengucapannya baik di awal
permulaan kalimat atau ditengah-tengah kalimat. Dan tidak gugur sekalipun
berada diantara dua kalimah yang tersambung. tertulis di atas Alif bilamana
berharkah fathah atau dhammah, dan dibawah Alif bilamana berharkah kasrah.
Bentuknya seperti bentuk kepala Ain (ء). Hamzah Qatha’
terdapat pada selain kategori kalimah-kalimah yang telah disebutkan diatas
sebagai Hamzah washal. baik pada kalimah Fi’il, Kalimah Isim dan Kalimah Huruf.
Hamzah Qatha’ yang terdapat pada kalimah Fi’il:
1. Terdapat pada Fi’il Madhi 4 huruf yang
berwazan أَفْعَلَ
LIHAT TABEL NO. 5:
LIHAT TABEL NO. 5:
2. Terdapat pada Fi’il Mudhari’ yang
diawali Hamzah Mudhara’ah (tanda mutakallim/orang pertama tunggal)
LIHAT TABEL NO. 5:
LIHAT TABEL NO. 5:
3. Terdapat pada Fi’il Amar 4 huruf yang
berwazan أَفْعَلَ
LIHAT TABEL NO. 5:
LIHAT TABEL NO. 5:
4. Terdapat pada Fi’il Madhi Tsulatsi Bina’
Mahmuz (bisa dilihat di page belajar i’lal subpage bentuk bina’)
LIHAT TABEL NO. 6:
LIHAT TABEL NO. 6:
Hamzah Qataha’ yang terdapat pada kalimah Isim :
1. Semua kalimah Isim yang berawalah Hamzah ,
tentunya Hamzah Qatha’, selain pada “Isim yg sepuluh” dan “Isim
Masdar dari kalimah Fi’il Khumasi dan Sudasi”
LIHAT TABEL NO. 8:
LIHAT TABEL NO. 8:
Hamzah Qatha’ yang terdapat pada kalimah Huruf:
1. Semua Kalimah Huruf yang berawalah Hamzah
tentunya Hamzah Qatha’, kecuali huruf “AL” Pema’rifah.
LIHAT TABEL NO. 7:
LIHAT TABEL NO. 7:
HAMZAH WASHAL TABEL NO. 1, Fi’il Madhi, Fi’il Amar dan
Isim Masdar dari bangsa 5-6 huruf.
ISIM MASDAR KHUMASI
|
FI’IL AMAR KHUMASI
|
FI’IL MADHI KHUMASI
|
انْكِسَارَاً
|
اِنْكَسِرْ
|
انْكَسَرَ
|
اجْتِمَاعَاً
|
اِجْتَمِعْ
|
اجْتَمَعَ
|
احْمِرَارَاً
|
اِحْمَرَّ
|
احْمَرَّ
|
ISIM MASDAR SUDASI
|
FI’IL AMAR SUDASI
|
FI’IL MADHI SUDASI
|
اسْتِخْرَاجَاً
|
اِسْتَخْرِجْ
|
اسْتَخْرَجَ
|
اعْشِيْشَابَاً
|
اِعْشَوْشَبْ
|
اعْشَوْشَبَ
|
اجْلَوَّاذاً
|
اِجْلَوَّذْ
|
اجَلَوَّذَ
|
احْمِيرَارَاً
|
اِحْمَارَّ
|
احْمَارَّ
|
احْرِنْجَامَاً
|
اِحْرَنْجَمْ
|
احْرَنْجَمَ
|
اقْشِعْرَارَاً
|
اِقْشَعِرَّ
|
اقْشَعَرَّ
|
HAMZAH WASHAL TABEL NO. 2, Fi’il Amar dari Tsulatsi
FI’IL AMAR TSULATSI
|
FI’IL AMAR TSULATSI
|
FI’IL AMAR TSULATSI
|
اِفْتَحْ
|
إِضْرِبْ
|
اُنْصُرْ
|
اِحْسِبْ
|
اُحْسُنْ
|
اِعْلَمْ
|
HAMZAH WASHAL TABE LNO. 3, Al-Asma ‘Asyarah/Isim
Sepuluh
ASMA’ ASYARAH
|
ASMA’ ASYARAH
|
ASMA’ ASYARAH
|
امْرَأَةٌ
|
اِمْرُؤُ
|
اِبْنٌ
|
اِثْنَيْنِ
|
اِسْمٌ
|
اِبْنَةٌ
|
اِثْنَتَيْنِ
|
اِسْتٌ
|
ابْنُمُ
|
ايْمُنُ الله
|
×
|
×
|
HAMZAH WASHAL TABEL NO. 4, Huruf AL = ال
AL MA’RIFAT
|
AL GHALABAH
|
AL ZAIDAH
|
اَلرَّجُلُ
|
اَلْمَدِيْنَةُ
|
اَلَّذِيْ
|
اَلْمُؤْمِن
|
اَلْعَقَبَة
|
اَلآنَ
|
HAMZAH QATHA’ TABLE NO. 5, Fi’il Madhi dan Fi’il
Amar Tsulatsi Ruba’i wazan أَفْعَلَ dan semua Fi’il
Mudhari’ dg tanda Mutakallim
FI’IL AMAR RUBA’I
|
SEMUA FI’IL MUDHARI’ DG HAMZAH MUDHARA’AH
|
FI’IL MADHI RUBA’I
|
أَكْرِمْ
|
أَفْتَحُ – أُكْرِمُ – أَتَعَلَّمُ –
أَسْتَخْرِجُ
|
أَكْرَمَ
|
HAMZAH QATHA’ TABEL NO. 6, Fi’il Tsulatsi Bina’
Mahmuz
FI’IL MADHI TSULATSI MAHMUZ
|
FI’IL MADHI TSULATSI MAHMUZ
|
FI’IL MADHI TSULATSI MAHMUZ
|
أَدَمَ
|
أَخَذَ
|
أَمَرَ
|
أَثَرَ
|
أَثِمَ
|
أَدُبَ
|
HAMZAH QATHA’ TABEL NO. 7, Semua kalimah Huruf
selain ال
KALIMAH HURUF
|
KALIMAH HURUF
|
KALIMAH HURUF
|
KALIMAH HURUF
|
KALIMAH HURUF
|
إِلاَّ
|
إِلَى
|
إِذْ
|
إِذَنْ
|
إِذْماَ
|
أَوْ
|
إِنَّ
|
إِنْ
|
أَماَ
|
أَمْ
|
HAMZAH QATHA’ TABLE NO. 8, Semua kalimah Isim Zhahir,
Isim Dhamir dan Idza Syarat. Selain hamzah Isim sepuluh dan Masdar Khumasi dan
Sudasi (dari Fi’il bangsa 5-6 Huruf).
IDZA SYARAT
|
ISIM DHAMIR
|
ISIM DHAMIR
|
ISIM ZHAHIR
|
ISIM ZHAHIR
|
إذَا
|
أنْتَ
|
أنَا
|
أَحْمَدُ
|
إبرَاهِيْمُ
|
Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal
Kata kerja dalam Bahasa Arab / kalimah fi’il, ada yang
shahih dan ada yang mu’tal. Pengertian Fi’il Shahih adalah kalimah fi’il yang
bentuk hururf-huruf aslinya, bebas dari huruf illah (و – ا –
ي). Pengertian Fi’il Mu’tal adalah kalimah fi’il yang salah satu
atau dua huruf asalnya teridiri dari huruf illah (و – ا –
ي).
الصَّحِيْحُ وِالْمُعْتَلُّ
BAB SHAHIH DAN MU’TAL
1. Fi’il Shahih
Adalah kalimah fi’il yang bentuk hururf-huruf aslinya, bebas
dari huruf illah (و – ا – ي).
Termasuk golongan Fi’il Shahih adalah:
1. Fi’il Bina’ Shahih/Salim
2. Fi’il bina’ Mahmuz
3. Fi’il bina’ Mudha’af
1. Fi’il Mu’tal
Adalah kalimah fi’il yang salah satu atau dua huruf asalnya
teridiri dari huruf illah (و – ا – ي).
Termasuk golongan fi’il mu’tal adalah:
1. Fi’il Bina’ Mitsal
2. Fi’il bina’ Ajwaf
3. Fi’il bina’ Naqish
4. Fi’il bina’ Lafif Mafruq
5. Fi’il bina’ Lafif Maqrun
◊◊◊
Pengamalan Tashrif Fi’il Shahih dan Fi’il
Mu’tal.
Untuk Bina’ shahih atau Fi’il Salim, ia
tidak mengalami perubahan dalam mengikuti standar wazannya (tashrif ishthilahi)
pun ketika musnad/disandarkan kepada Isim Dhamir atau Isim Zhahir
–tunggal/dual/jamak (tashrif secara lughawi). Contoh untuk bina’
shahih نَصَرَ :
MUSNAD KEPADA
|
FI’IL MUDHARI’
|
FI’IL MADHI
|
Orang ketiga male
|
يَنْصُرُ يَنْصُرانِ يَنْصُرونَ
|
نَصَرَ نَصَرَا نَصَرُوا
|
Orang ketiga female
|
تَنْصُرُ تَنْصُرَانِ يَنْصُرْنَ
|
نَصَرَتْ نصَرتَا نَصَرْنَ
|
Orang kedua male
|
تَنْصُرُ تَنْصُرَانِ تَنْصُرُوْنَ
|
نَصَرْتَ نَصَرْتُمَا نَصَرْتُمْ
|
Orang kedua female
|
تَنْصُرِيْنَ تَنْصُرَانِ تَنْصُرْنَ
|
نَصَرْتِ نَصَرْتُمَا نَصَرْتُنَّ
|
Orang pertama
|
أَنْصُرُ نَنْصُرُ
|
نَصَرْتُ نَصَرْنَا
|
Untuk tiap Fi’il selain Bina’ Shahih, diberlakukan juga
seperti tashrif Bina’ Shahih didalam mengikuti wazannya tanpa mengalami
perubahan yg berarti, kecuali sebagai berikut:
1. Bina’ Mahmuz, jika pada awal kalimahnya
terdapat dua hamzah beriringan, maka hamzah yang kedua diganti Huruf Mad yang
sesuai dengan harkah hamzah yang pertama.
→ Pelainan bagi lafazh أَخَذَ –
أَكَلَ – أَمَر yang harus membuang hamzah kedua-duanya pada bentuk Fi’il
Amarnya menjadi خُذْ – كُلْ – مُرْ.
→ Juga lafazh رَأَىْ
dibuang Hamzahnya ‘ain fi’ilnya pada bentuk fi’il mudhari’ dan fi’il amarnya,
menjadi يُرَىْ – رَ .
→ Juga lafazh أََََرَىْ yg berwazan أَفْعَلَ dibuang Hamzah ‘ain fi’ilnya
pada semua bentuk tashrifannya, menjadi أَرَىْ –
يُرَىْ – أَرَ.
2. Bina’ Mudha’af, harus mengalami proses Idgham
yaitu memasukkan salah satu dari dua huruf yang sejenis pada salah satu yang
lannya, contohمَدَّ – يَمُدُّ.
→ Jika huruf yang pertama berharkah dan yang kedua
sukun, maka tidak boleh di-idgham bilamana sukunnya karena bersambung dengan
dhamir rafa’ mutaharrik, contoh: مَدَدْتُ – يَمْدُدْن
→ Jika dijazemkan pada Fi’il Mudhari’nya atau jika dibentuk
Fi’il Amar. maka boleh memilih dua pilihan; tetap di-idgham atau tanpa
di-idgham. contoh: لم يَمُدّ – مُدّ atau لم
يَمْدُد – اُمْدُد. Bilamana di-idghamkan maka boleh harkah
terakhir diharkati Fathah karena ringan, atau diharkati Kasrah karena asal
takhallush, atau diharkati Dhammah karena mengikuti harkah ‘Ain Fi’il-nya. maka
untuk lafazh مدّ boleh tiga pemilihan karakah. dan untuk lafadz عضّ boleh dua pemilihan harakah.
3. Bina’ Mitsal, dibuang Fa’ Fi’ilnya pada bentuk
Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar-nya bilamana ia Bina’ Mitsal Wawiy dan ‘Ain
Fi’ilnya ber-harkah kasrah. contoh: يعد – يزن – عد – زن.
→ Maka tidak boleh dibuang yg seperti contoh ينَعَ – يينَع
→ Pelainan atau Syadz untuk lafazh يدَع – يذَر – يسَع – يضَع – يطَأ – يقَع – يهَب.
4. Bina’ Ajwaf, dibuang ‘Ain Fi’ilnya, jika
huruf terakhir disukunkan karena jazm atau dibentuk Fi’il Amar. contoh: لم يقم – لم يبع – لم يخف – قم – بع – خف.
→ Demikian juga dibuang Ain Fi’ilnya, bilamana
bersambung dengan Dhomir Rofa’ Mutaharrik, contoh: قمت –
بعنا – خفتم – يقمن – يبعن – خفن. dalam hal ini huruf pertamanya ada yang
diharkati Dhammah ataupun Kasrah, untuk menunjukkan pada bentuk huruf yang
dibuang wau atau ya’, seperti contoh قمت dan بعت.
dan terkadang diharkati Kasrah untuk menunjukkan pada Harkahnya huruf yang
dibuang, seperti kita lihat pada contoh خفتم.
5. Bina’ Naqish, dibuang Lam Fi’ilnya bilamana
bersambung dengan dhamir Wau Jama’ atau Ya’ muannats mukhatabah kemudian pada
‘ain fi’ilnya diharkati dengan harkah yang sesuai dengan huruf dhamir tsb
seperti contoh رَضُوا – تَدْعِيْن kecuali jika Lam Fi’ilnya yang dibuang itu
berupa Alif, maka ‘Ain fi’ilnya tetap lazim berharkah Fathah contoh: سعَوا – تخشَين. (proses lanjutan dari Kaidah
I’lal ke 5 dan juga Kaidah I’lal ke 1)
→ Juga dibuang Lam Fi’ilnya bilamana ia berupa Alif (atau
setelah proses Kaidah I’lal ke 1 )dan bersambung dengan
Ta’ ta’nits contoh: رَمَتْ – رَمَتَا. Tapi bilamana ia bersambung dengan selain
dhamir Wau atau Ya’ (dari dhamir bariz muttashil), maka tidak boleh dibuang
akan tetapi dikembalikan pada huruf asalnya (sebelum proses Kaidah
I’lal ke 1) demikian ini untuk Fi’il tiga huruf contoh غَزَوْتُ – رَمَيْتُ – غَزَوَا – رَمَيَا. dan diganti Ya’
bilamana termasuk pada fi’il empat huruf, contoh: أَغْزَيْتُ
– اِهْتَدَيَا – يُسْتَدْعَيْنَ.
6. Bina’ Lafif Mafruq, berlaku pengamalan seperti
yang dialami Bina’ Mitsal dan Bina’ Naqish.
7. Bina’ Lafif Maqrun, berlaku pengamalan
seperti yang dialami Bina’ Naqish saja.
No comments:
Post a Comment
Hanya anggota Blog Yang Dapat Memberikan Komentar, Komentar yang belum tampil akan dicek terlebih dahulu oleh Admin.
Terima Kasih Atas Komentarnya